watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Nafsu nya om suamiku

Aku baru menikah, karena suamiku belum
punya rumah, kamu numpang di rumah om
nya yang duda tanpa anak dan tinggal sendiri.
Sebagai pengantin baru, tentunya aku dan
suamiku lebih sering menghabiskan waktu di
kamar. Sayangnya suamiku tidak perkasa kalo di
ranjang. Sering ditengah permainan, saat aku
sedang nikmat2nya suamiku keok duluan. Suatu
sore, sepulang dari kantor, om lupa membawa
kunci rumah.
Dia rupanya mengetok pintu cukup lama tetapi
aku tidak mendengarnya karena aku sedang di
kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi,
baru samar2 aku mendengar ketukan pintu.
Siapa, pikirku sambil segera mengenakan
kimono dari bahan handuk yang pendek, sekitar
15 cm diatas lutut. Aku membukakan pintu. Om
ternganga melihat kondisi aku yang baru selesai
mandi. Tinggi ku sekitar 167 cm. Rambutku
tergerai sebahu. Wajah ku cantik dengan bentuk
mata, alis, hidung, dan bibir yang indah, itu kata
suamiku lo. Karena kimonoku pendek, maka
paha dan betis ku tampak dengan jelas.. Kulitku
kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus
yang pendek. Pinggulku besar melebar.
Pinggangku kelihatan ramping. Sementara
kimono yang menutupi dadaku belum sempat
kuikat secara sempurna, menyebabkan belahan
toketku yang montok itu menyembul di belahan
baju, pentilku membayang di kimonoku. Aku
belum sempat mengenakan bra. Leherku
jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai.
Sementara bau harum sabun mandi terpancar
dari tubuhku. Dari samping toketku begitu
menonjol dari balik kimonoku. Om berjalan
mengikutiku menuju ruang makan. Pasti dia
memperhatikan gerak tubuhku dari belakang.
Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan
mengimbangi langkah-langkah kakiku.
"Sori Sin, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu
mandinya ya", katanya. "Udah selesai kok om",
jawabku. Dia duduk di meja makan. Aku
mengambilkan teh untuknya dan kemudian
masuk ke kamar. Tak lama kemudian aku keluar
hanya mengenakan daster tipis berbahan licin,
tonjolan toketku membusung. Aku tidak
mengenakan bra, sehingga kedua pentilku
tampak jelas sekali tercetak di dasterku. Aku
mengambil toples berisi kue dari lemari makan.
Pada posisi membelakanginya, pasti dia menatap
tubuhku dari belakang. Kita ngobrol ngalor
ngidul soal macem2. Dia menatapku dari dekat
tanpa rasa risih. Aku tidak menyadari bahwa
belahan daster di dadaku mempertontonkan
toketku yang montok kala agak merunduk.
Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex.
"Sin, kamu gak puas ya sama suami kamu",
kataku to the point. Aku tertunduk malu, mukaku
semu kemerahan. "Kok om tau sih", jawabku
lirih. "Om kan pernah denger kamu melenguh
awalnya, cuma akhirnya mengeluh. Suami
kamu cepet ngecretnya ya", katanya lagi. "Iya
om, cepet banget keluarnya. Sintia baru mulai
ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya,
kaya Sintia cuma jadi pemuas napsunya aja",
aku mulai curhat. Dia hanya mendengarkan
curhatanku saja. "Om, mandi dulu deh, udah
waktunya makan. Sintia nyiapin makan dulu ya",
kataku mengakhiri pembicaraan seru. "Kirain
Sintia nawarin mau mandiin", godanya. "Ih si
om, genit", jawabku tersipu. "Kalo Sintia mau,
om gak keberatan lo", jawabnya lagi. Aku tidak
menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan
makan. Sementara itu dia masuk kamarnya dan
mandi. Selesai mandi, dia hanya memakai celana
pendek dan kaos. Kelihatannya dia tidak
mengenakan CD karena kontolnya yang ternyata
ngaceng berat kelihatan jelas tercetak di celana
pendeknya. Aku diam saja melihat ngacengnya
kontolnya dari luar celana pendeknya. Rupanya
om terangsang ketika ngobrol seru sebelum dia
mandi itu. Ketika makan malem, kita ngobrol
soal yang lain, aku berusaha tidak mengarahkan
pembicaraan kearah yang tadi. Tetapi om masih
diabawah pengaruh napsu berahinya. Dia
menatapku dengan pandangan yang seakan2
mau menelanjangiku.
Selesai makan, aku membereskan piring dan
gelas. Sekembalinya dari dapur, aku terpeleset
sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah
ketika aku membawa peralatan makan ke dapur.
Betis kanan ku membentur rak kayu. "Aduh",
aku mengerang kesakitan. Dia segera
menolongnya. Punggung dan pinggulku
diraihnya. Dia membopong ku kekamarku. Dia
meletakkan aku di ranjang. Belahan dasterku
terbuka lebih lebar sehingga dia dapat dengan
leluasa melihat kemontokan toketku. Aku
berusaha meraih betisku yang terbentur rak tadi.
Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit
memar di betis ku. Dia pun berusaha
membantuku. Diraihnya betisku seraya diraba
dan diurut bagian betis yang memar tersebut.
"Pelan om, sakit", erangku lagi. Sambil terus
memijit betisku, dia memandang wajahku.
Mataku akhirnya terpejam. Nafasku jadi teratur.
Aku sudah tertidur. Mungkin karena lelah
seharian membereskan rumah.
Mendadak aku terbangun karena om membuka
dasterku. "Om, Sintia mau diapain", kataku lirih.
Dia terkejut dan segera menghentikan aksinya.
Dia memandangi tubuh mulusku tanpa daster
yang menghalanginya. Tubuh molekku sungguh
membangkitkan birahi. toket yang besar
membusung, pinggang yang ramping, dan
pinggul yang besar melebar. pentilku berdiri
tegak. Rupanya selama aku tertidur, dia
menggerayangi sekujur tubuhku sehingga
naspunya tak terbendung lagi. Dia sudah
bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat
kontolnya yang begitu besar dan panjang
(dibandingkan dengan kontol suamiku) dalam
keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga
melihat kontolnya, timbul hasratku untuk
merasakan bagaimana nikmatnya kalo kontol
besar itu menggesek keluar masuk nonokku.
"Sin, om mau ngasi kenikmatan sama kamu,
mau enggak", katanya perlahan sambil mencium
toket ku yang montok. Aku diam saja, mataku
terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku
yang berbau harum sambil sesekali
mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya.
pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya.
Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet
perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi
atasnya. "Om...", rintihku, tindakannya
membangkitkan napsuku juga. Aku menjadi
sangat ingin merasakan kenikmatan dientot,
sehingga aku diam saja membiarkan dia
menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya pentil
toketku secara berirama. Mula-mula lemah,
lama-lama agak diperkuat sedotannya.
Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil
dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan
itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali
disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut
menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak
sedikit berubah, seolah menahan suatu
kenikmatan. Kedua toketku yang harum itu
diciumi dan disedot-sedot secara berirama.
Sambil terus menggumuli toketku dengan bibir,
lidah, dan wajahnya, dia terus menggesek-
gesekkan kontol di kulit pahaku yang halus dan
licin. Dibenamkannya wajahnya di antara kedua
belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia
bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan
wajahnya di lekukan tubuhku yang merupakan
batas antara gumpalan toket dan kulit perutku.
Kiri dan kanan diciumi dan dijilatinya secara
bergantian. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan
lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun
beralih ke perut dan pinggangku. Sementara
gesekan-gesekan kepala kontolnya pindah ke
betisku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut
sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya
bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang
menggelora dia memeluk pinggulku secara
perlahan-lahan. Kecupannya pun berpindah ke
CD tipis yang membungkus pinggulku.
Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan
CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-
helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku.
Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian
belahan bibir nonokku. Aku makin terengah
menahan napsuku, sesekali aku melenguh
menahan kenikmatan yang kurasakan.
Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut
dikangkanginya tubuhku. kontolnya yang tegang
ditempelkan di kulit toketku. Kepala kontol
digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.
Sambil mengocok batangnya dengan tangan
kanannya, kepala kontolnya terus digesekkan di
toketku, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit
dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah
gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di
atas lutut dengan
mengangkangi pinggang ramping ku dengan
posisi badan sedikit membungkuk. kontolnya
dijepitnya dengan kedua gumpalan toketku.
Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur
kontolnya di cekikan kedua toket ku. Di kala
maju, kepala kontolnya terlihat mencapai pangkal
leherku yang jenjang. Di kala mundur, kepala
kontolnya tersembunyi di jepitan toketku. Lama-
lama gerak maju-mundur kontolnya bertambah
cepat, dan kedua toketku ditekannya semakin
keras dengan telapak tangannya agar jepitan di
kontolku semakin kuat. Dia pun merem melek
menikmati enaknya jepitan toketku. Akupun
mendesah-desah tertahan, "Ah... hhh... hhh...
ah..."
kontolnya pun mulai melelehkan sedikit cairan.
Cairan tersebut membasahi belahan toketku.
Gerakan maju-mundur kontolnya di dadaku
yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan
remasan-remasan tangannya di kedua toketnya,
menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di
sepanjang belahan dadaku yang menjepit
kontolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang
memperlancar maju-mundurnya kontolnya di
dalam jepitan toketku. Dengan adanya sedikit
cairan dari kontolnya tersebut dia terlihat
merasakan keenakan dan kehangatan yang luar
biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala
kontolnya dengan toketku. "Hih... hhh... ... Luar
biasa enaknya...," dia tak kuasa menahan rasa
enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak
teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku ,
yang kadang diseling desahan lewat hidungku,
"Ngh... ngh... hhh... heh... eh... ngh..." Desahan-
desahanku semakin membuat nafsunya makin
memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya
kontolnya di jepitan toketku semakin cepat.
kontolku semakin tegang dan keras. "Enak sekali,
Sin", erangnya tak tertahankan. Dia
menggerakkan kontolnya maju-mundur di
jepitan toketku dengan semakin cepat. Alis
mataku bergerak naik turun seiring dengan
desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-
tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-
kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit dia
menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan
toketku itu.
Toket sebelah kanan dilepas dari telapak
tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing
kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol
dengan gerakan memutar di kulit toketku yang
halus mulus. Sambil jari-jari tangan kirinya terus
meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan
memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah
perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolnya
digesekkan memutar di kulit perutku yang putih
mulus, sambil sesekali disodokkan perlahan di
lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku.
Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup
lagi. Kulit perutku yang semula tertutup CD
tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus.
Di bawah perutku, jembutku yang hitam lebat
menutupi daerah sekitar nonokku. Kedua paha
mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini
hutan lebat di bawah perutku terkuak,
mempertontonkan nonokku. Dia pun
mengambil posisi agar kontolnya dapat
mencapai nonokku dengan mudahnya. Dengan
tangan kanan memegang kontol, kepalanya
digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala
kontolnya bergerak menyusuri jembut menuju
ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke
sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat.
Kepala kontol digesekkan agak ke arah nonokku.
Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama
dinding mulut nonokku menjadi basah.
Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil
terus memasuki nonokku.
Kini seluruh kepala kontolnya yang berhelm pink
tebenam dalam jepitan mulut nonokku. Kembali
dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat
tak terperi. Kontolnya semakin tegang.
Sementara dinding mulut nonokku terasa
semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya
ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh
kontol yang tersisa di luar. Secara perlahan
dimasukkan kontolnya ke dalam nonokku.
Terbenam sudah seluruh kontolnya di dalam
nonokku. Sekujur kontol sekarang dijepit oleh
nonokku . Secara perlahan-lahan digerakkan
keluar-masuk kontolnya ke dalam nonokku.
Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonokku
hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh
kontol terbenam di dalam nonokku sampai batas
pangkalnya. Dia terus memasuk-keluarkan
kontolnya ke lobang nonokku. Alis mataku
terangkat naik setiap kali kontolnya menusuk
masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku
yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku
terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis
kenikmatan, "Sssh...sssh... hhh... hhh... ssh...
sssh..." Dia terus mengocok perlahan-lahan
nonokku. Enam menit sudah hal itu
berlangsung. Kembali dikocoknya secara
perlahan nonokku sampai selama dua menit.
Kembali ditariknya kontolnya dari nonokku.
Namun tidak seluruhnya, kepala kontol masih
dibiarkannya tertanam dalam nonokku.
Sementara kontol dikocoknya dengan jari-jari
tangan kanannya dengan cepat
Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku
mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan
getar kepala kontolnya pada dinding mulut
nonokku, "Sssh... sssh... zzz...ah... ah... hhh..."
Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi
seluruh kontolnya ke dalam nonokku. Dan
dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat
menit. Lama-lama dia mempercepat gerakan
keluar-masuk kontolnya pada nonokku. Sambil
tertahan-tahan, dia mendesis-desis, "Sin...
nonokmu luar biasa... nikmatnya..."
Gerakan keluar-masuk secara cepat itu
berlangsung sampai sekitar empat menit. Tiba-
tiba dicopotnya kontol dari nonokku. Segera dia
berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku agar
kontolnya mudah mencapai toketku. Kembali
diraihnya kedua belah toket montok ku untuk
menjepit kontolnya yang berdiri dengan amat
gagahnya. Agar kontolnya dapat terjepit dengan
enaknya, dia agak merundukkan badannya.
Kontol dikocoknya maju-mundur di dalam
jepitan toketku. Cairan nonokku yang
membasahi kontolnya kini merupakan pelumas
pada gesekan-gesekan kontolnya dan kulit
toketku. "Oh...hangatnya... Sssh...
nikmatnya...Tubuhmu luarrr biasa...", dia
merintih-rintih keenakan. Akus juga mendesis-
desis keenakan, "Sssh.. sssh... sssh..." Gigiku
tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke
bawah. Dia mempercepat maju-mundurnya
kontolnya. Dia memperkuat tekanan pada
toketku agar kontolnya terjepit lebih kuat. Karena
basah oleh cairan nonokku, kepala kontolnya
tampak amat mengkilat di saat melongok dari
jepitan toketku. Leher kontol yang berwarna
coklat tua dan helm kontol yang berwarna pink
itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin
dipercepat kocokan kontolnya pada toketku. Tiga
menit sudah kocokan hebat kontolnya di toket
montok ku berlangsung. Dia makin cepat
mengocokkan kontol di kempitan toket indah ku.
Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung
jebolnya tanggul pertahanannya. "Sin..!"
pekiknya dengan tidak tertahankan. Matanya
membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya.
Kontolnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot!
Crot!
Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai
empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai
menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna
putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang
peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yang
tersisa di dalam kontolnya pun menyusul keluar
dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini
semprotannya lemah. Semprotan awal hanya
sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir
hanya jatuh di atas
belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir
kenikmatan. "Luar biasa...Sin, nikmat sekali
tubuhmu...," dia bergumam. "Kok gak dikeluarin
di dalem aja om", kataku lirih. "Gak apa kalo om
ngecret didalem Sin", jawabnya. "Gak apa om,
Sintia pengen ngerasain esemprot peju anget.
Tapi Sintia ngerasa nikmat sekali om, belum
pernah Sintia ngerasain kenikmatan seperti ini",
kataku lagi. "Ini baru ronde pertama Sin, mau
lagi kan ronde kedua", katanya. "Mau om, tapi
ngecretnya didalem ya", jawabku. "Kok tadi
kamu diem aja Sin", katanya lagi. "Bingung om,
tapi nikmat", jawabku sambil tersenyum.
"Engh..." aku menggeliatkan badanku. Dia segera
mengelap kontol dengan tissue yang ada di atas
meja, dan memakai celana pendek. Beberapa
lembar tissue diambil untuk mengelap peju yang
berleleran di rahang, leher, dan toketku. Ada
yang tidak dapat dilap, yakni cairan peju yang
sudah terlajur jatuh di rambut ku. "Mo kemana
om", tanyaku. "Mo ambil minum dulu",
jawabnya. "Kok celananya dipake, katanya mau
ronde kedua", kataku. Aku sudah pengen dia
menggelutiku sekali lagi.
Dia kembali membawa gelas berisi air putih,
diberikannya kepada ku yang langsung
kutenggak sampe habis. Dia keluar lagi untuk
mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke
kekamar. Masih tidak puas dia memandangi
toket indahku yang terhampar di depan
matanya. Dia memandang ke arah pinggangku
yang ramping dan pinggulku yang melebar
indah. Terus tatapannya jatuh ke nonokku yang
dikelilingi oleh jembut hitam jang lebat. Aku ingin
mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap
kuat. Mengocok nonokku dengan kontolnya
dengan irama yang menghentak-hentak kuat.
Dan dia dapat menyemprotkan pejunya di dalam
nonokku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya
saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.
"Sin...," desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun
menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang
menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya.
Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun
menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan
tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya.
Kedua tangannyapun menyusup diantara
lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam
dekapannya. Dia mempererat dekapannya,
sementara aku pun mempererat pelukanku pada
dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa merembes
ke badanku, toketku yang membusung terasa
semakin menekan dadanya. Aku meremas-
remas kulit punggungnya. Aku mencopot
celananya dan merangkul punggungnya lagi. Dia
kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat
kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku
sambil saling melumat bibir. Sementara tangan
kami saling meremas-remas kulit punggung.
Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami
yang saling menempel. Kini kurasakan toketku
yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika
saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah
menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa hangat
dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah
perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar
ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah
perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut
bawahku dan perut bawahnya. Sementara
bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi,
dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati
dengan lidahnya. "Ah... geli... geli...," desahku
sambil menengadahkan kepala, agar seluruh
leher sampai daguku terbuka dengan luasnya.
Aku pun membusungkan dadaku dan
melenturkan pinggangku ke depan. Dengan
posisi begitu, walaupun wajahnya dalam
keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari
dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu
dengan rapatnya. Tangan kanannya lalu
bergerak ke dadaku yang montok, dan
meremas-remas toketku dengan perasaan
gemas.
Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya
turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan
agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul
tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket.
Digeluti belahan toketku, sementara kedua
tangannya meremas-remas kedua belah toketku
sambil menekan-nekankannya ke arah
wajahnya. Digesek-gesekkan memutar
wajahnya di belahan toketku. Bibirnya bergerak
ke atas bukit toket sebelah kiri.
Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil
toketku ke dalam mulutnya. Kini dia menyedot-
sedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku di
dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang
diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil
yang berwarna coklat. "Ah... ah... om...geli...,"
aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh
ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.
Sementara tangannya meremas kuat toket
sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dan
diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan
tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya
pada pentilku. "Om... hhh... geli... geli... enak...
enak... ngilu...ngilu..." Dia semakin gemas.
Toketku dimainkan secara bergantian, antara
sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket
kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga
isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya
pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah.
Belahan lain kadang diremas dengan daerah
tangkap sebesar-besarnya dengan remasan
sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan
dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah
di puncaknya. "Ah...om... terus... hzzz...
ngilu... ngilu..." aku mendesis-desis keenakan.
Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku
ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani
serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan
kananku yang mulus dan lembut menangkap
kontolnya yang sudah berdiri dengan gagahnya.
"Om.. kontolnya besar ya", ucapku. Sambil
membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus
memainkan dan menggeluti kedua belah toketku,
jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas
perlahan kontolnya secara berirama. Dia
merengkuh tubuhku dengan gemasnya.
Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan
leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya
dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan
lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke
punggung leherku yang jenjang. Dijilati pangkal
helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku.
Sementara tangannya mendekap dadaku dengan
eratnya. Telapak dan jari-jari tangannya
meremas-remas kedua belah toketku.
Remasannya kadang sangat kuat, kadang
melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan
kanannya menggencet dan memelintir perlahan
pentil toket kiriku, sementara tangan kirinya
meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya
menyedot kulit mulus pangkal leherku yang
bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan dan
ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun
menggelinjang ke kiri-kanan. "Ah... om... ngilu...
terus om... terus... ah... geli... geli...terus...
hhh... enak... enaknya... enak...," aku merintih-
rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-
kanan dengan berirama sejalan dengan
permainan tangannya di toketku. Akibatnya
pinggulku menggial ke kanan-kiri. "Sin.. enak
sekali Sin... sssh... luar biasa... enak sekali...,"
diapun mendesis-desis keenakan. "Om keenakan
ya? kontol om terasa besar dan keras sekali
menekan perut Sintia. Wow... kontol om terasa
hangat di kulit perut Sintia. Tangan om nakal
sekali ... ngilu,...," rintihku. "Jangan mainkan
hanya pentilnya saja... geli... remas seluruhnya
saja..." aku semakin menggelinjang-gelinjang
dalam dekapan eratnya. Aku sudah makin liar
saja desahannya, aku sangat menikmati
gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku.
"Om.. remasannya kuat sekali... Tangan om
nakal sekali..Sssh... sssh... ngilu... ngilu...Ak...
kontol om ... besar sekali... kuat sekali..."
Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku.
Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia
pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan
penuh nafsu yang menggelora, sementara
tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya.
Kulit punggungku yang teraih oleh telapak
tangannya diremas-remas dengan gemasnya.
Kemudian dia menindihi tubuhku. Kontolnya
terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya
bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi.
Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan
leherku, sementara tangannya membimbing
kontolnya untuk mencari nonokku. Diputar-
putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan
jembut disekitar bibir nonokku. Aku meraih
kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku
yang mulus itu terbuka agak lebar. "Om
kontolnya besar dan keras sekali" kataku sambil
mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku.
Kepala kontolnya menyentuh bibir nonokku
yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan
sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke
kunonok. Kini seluruh kepala kontolnya pun
terbenam di dalam nonokku. Dia menghentikan
gerak masuk kontolnya.
"Om... teruskan masuk... Sssh... enak... jangan
berhenti sampai situ saja...," aku protes atas
tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkan
kontolnya hanya masuk ke nonokku hanya
sebatas kepalanya saja, namun kontolnya
digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara
bibir dan hidungnya dengan ganasnya
menggeluti leherku yang jenjang, lengan
tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku
yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang-
gelinjang dengan tidak karuan. "Sssh...
sssh...enak... enak... geli... geli, om. Geli... Terus
masuk, om.." Bibirnya mengulum kulit lengan
tanganku dengan kuat-kuat. Sementara tenaga
dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan... satu...
dua... tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-
dalamnya ke dalam nonokku dengan sangat
cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu
dengan pangkal pahaku yang sedang dalam
posisi agak membuka dengan kerasnya.
Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir
nonokku yang sudah basah dengan kuatnya
sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!"
pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya
tertanam seluruhnya di dalam nonokku tanpa
bergerak sedikit pun. "Sakit om... " kataku sambil
meremas punggungnya dengan keras. Dia pun
mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk
nonokku. Seluruh bagian kontolnya yang masuk
nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku
dengan agak kuatnya. "Bagaimana Sin, sakit?"
tanyaku. "Sekarang sudah enggak om...ssh...
enak sekali... enak sekali... kontol om besar dan
panjang sekali... sampai-sampai menyumpal
penuh seluruh penjuru nonok Sintia..," jawabku.
Dia terus memompa nonokku dengan kontolnya
perlahan-lahan. Toketku yang menempel di
dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat
gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang
sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik
dadanya. Kontolnya diiremas-remas dengan
berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan
genjotannya tersebut. Sementara setiap kali
menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh
suatu daging hangat di dalam nonokku.
Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat.
Dia mengambil kedua kakiku dan
mengangkatnya. Sambil menjaga agar
kontolnya tidak tercabut dari nonokku, dia
mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku
ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis
kiriku didekatkan ke wajahnya. Sambil terus
mengocok nonokku perlahan dengan kontolnya,
betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan
dikecupi dengan gemasnya. Setelah puas
dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang
diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku
ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal
tersebut dilakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan
kontolnya maju-mundur perlahan di nonok ku.
Setelah puas dengan cara tersebut, dia
meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara
kedua telapak tangannya meraup kedua belah
toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan
di nonokku, tangannya meremas-remas toket
montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu
diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang
kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir
secara perlahan. Pentilku semakin mengeras,
dan bukit toketku semakin terasa kenyal di
telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih
keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku
mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan
ke atas dan ke bawah. "Ah... om, geli... geli... ...
Ngilu om, ngilu... Sssh... sssh... terus om,
terus.... kontol om membuat nonok Sintia
merasa enak sekali... Nanti jangan dingecretinkan
di luar nonok, ya om. Ngecret di dalam saja... "
Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar
kontolnya di nonokku. "Ah-ah-ah... bener, om.
Bener... yang cepat...Terus om, terus... " Dia
bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.
Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan
kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku.
Terus dan terus. Seluruh bagian kontolnya
diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku.
Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya,
dia pun merem-melek dan mendesis-desis
karena merasa keenakan yang luar biasa.
"Sssh... sssh... Sin... enak sekali... enak sekali
nonokmu... enak sekali nonokmu..." "Ya om,
Sintia juga merasa enak sekali... terusss...terus
om, terusss..." Dia meningkatkan lagi kecepatan
keluar-masuk kontolnya pada nonokku. "Om...
sssh... sssh... Terus... terus... Sintia hampir
nyampe...sedikit lagi... sama-sama ya om...,"
aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh
terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan
hebatnya. "Om... Ah-ah-ah-ah-ah... Mau keluar
om... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah... sekarang
ke-ke-ke..." Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh
dinding nonok ku dengan sangat kuatnya. Di
dalam nonokku, kontolnya disemprot oleh cairan
yang keluar dari nonokku dengan cukup
derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya
dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa
kendali: "...keluarrr...!" Mataku membeliak-beliak.
Sekejap tubuh kurasakan mengejang.
Dia pun menghentikan genjotannya. Kontolnya
yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam
nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam
menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit
berlangsung, remasan tanganku pada lengannya
perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun
membuka, memandangi wajahnya. Sementara
jepitan dinding nonokku pada kontolnya
berangsur-angsur melemah, walaupun
kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku
lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan
posisi agak membuka. Dia kembali menindih
tubuh telanjangku dengan mempertahankan
agar kontolnya yang tertanam di dalam nonokku
tidak tercabut.
"Om... luar biasa... rasanya seperti ke langit ke
tujuh," kataku dengan mimik wajah penuh
kepuasan. Kontolnya masih tegang di dalam
nonokku. Kontolnya masih besar dan keras. Dia
kembali mendekap tubuhku. Kontolnya mulai
bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun
masih dengan gerakan perlahan. Dinding
nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai
meremas-remas kontolnya. Namun sekarang
gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan
dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang
disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yang
lalu. "Ahhh...om... langsung mulai lagi...
Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di
nonok Sintia.. Sssh...," aku mulai mendesis-desis
lagi. Bibirnya mulai memagut bibirku dan
melumat-lumatnya dengan gemasnya.
Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat
badannya, tangan kanannya meremas-remas
toket ku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai
dengan irama gerak maju-mundur kontolnya di
nonokku. "Sssh... sssh... sssh... enak om,
enak... Terus...teruss... terusss...," desisku.
Sambil kembali melumat bibirku dengan
kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di
nonokku. Pengaruh adanya cairan di dalam
nonokku, keluar-masuknya kontol pun diiringi
oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..."
Aku tidak henti-hentinya merintih kenikmatan,
"Om... ah... "
Kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya
tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya
kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan
memeluk punggungku. Akupun memeluk
punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun
memulai serangan dahsyatnya. Keluar-
masuknya kontolnya ke dalam nonok ku
sekarang berlangsung dengan cepat dan
bertenaga. Setiap kali masuk, kontol
dihunjamkan keras-keras agar menusuk
nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya bagai
diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding
nonokku. Sampai di langkah terdalam, aku
membeliak sambil mengeluarkan seruan
tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal
pahanya bagaikan menampar daging pangkal
pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak
keluar nonokku, kontolnya dijaga agar kepalanya
tetap tertanam di nonokku. Remasan dinding
nonokku pada kontolnya pada gerak keluar ini
sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak
masuknya. Bibir nonokku yang mengulum
kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada
gerak keluar ini aku mendesah, "Hhh..." Dia terus
menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan
menghentak-hentak. Aku meremas
punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam
masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya
daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak!
Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan
nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt...
srottt-srrrt... srottt-srrrt... Kedua nada tersebut
diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku: "Ak!
Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..." "Sin... Enak sekali
Sin... nonokmu enak sekali... nonokmu hangat
sekali... jepitan nonokmu enak sekali..." "Om...
terus om...," rintihku, "enak om... enaaak... Ak!
Hhh..." Diapun mengocokkan kontolnya ke
nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya.
Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha
menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi
dibandingkan langkah masuk sebelumnya.
"Sin... aku... aku..." Karena menahan rasa nikmat
yang luar biasa dia tidak mampu menyelesaikan
ucapannya yang memang sudah terbata-bata
itu. "Om, Ines... mau nyampe lagi... Ak-ak-ak...
aku nyam..."
Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut
dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi
menahan lebih lama lagi. Namun pada saat itu
juga tiba-tiba dinding nonok ku mencekik kuat
sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali
itu, dia tidak mampu lagi menahan jebolnya
bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala
kontolnya disemprot cairan nonokku,
bersamaan dengan pekikanku, "...nyampee...!"
Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-
beliak. "Sin...!" dia melenguh keras-keras sambil
merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya
dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang.
Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt!
Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya,
menyemprot dinding nonokku yang terdalam.
Kontolnya yang terbenam semua di dalam
nonokku terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam
keadaan berpelukan erat sekali. Dia
menghabiskan sisa-sisa peju dalam kontolnya.
Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi
peju yang masih tersisa ke dalam nonokku. Kali
ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan
baik tubuhku maupun tubuhnya tidak
mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku
dengan lembutnya, sementara aku mengusap-
usap punggungnya dan mengelus-elus
rambutnya. Aku merasa puas sekali dientot om.


Adult | GO HOME | Exit
1/7321
U-ON

inc Powered by Xtgem.com